Posts

Showing posts from January, 2015

Sampaikan Padaku Walau Hanya Satu Kata

Diperuntukan untuk yang tersayang, Dan satu-satunya, Dan yang paling buta, Dan yang paling tidak peduli Pada seseorang yang berjuang, juga menyerah demi dirinya Aku melihatnya dari kejauhan. Dan rasa tangguh itu mengendur lagi. Terus menanyakan keyakinan itu sendiri. Aku mengulanginya berkali-kali. Sampai beberapa waktu lalu aku mengerti, bahwa menyerah hanyalah kata dan keinginan belaka. Karena cinta membuatku tak bisa bangkit usai bertekuk lutut dihadapannya. Dia yang membuatku sebegini tersiksanya.  "Silena" dia menghampiri lagi, dan dia tersenyum lagi, bibir itu bicara lagi, menyapa lagi, melafalkan namaku lagi, mata itu manatap lagi, melihat lagi.  "Iya?" Dan aku tersenyum lagi, berdiri dihadapannya lagi. Lalu hatiku berdegup lagi, sakit lagi, lalu patah lagi. "Kenapa El?"  Elano. Laki-laki tampan yang punya rekor terbaik memecah belah hatiku lalu menyusunnya sampai utuh kembali. Laki-laki yang hampir genap dua tahun membuat aku pernah mat

Tersenyumlah

http://thesoliloquistconfession.blogspot.com   Pada titik dia tak lagi punya jawaban, aku hadir terus-menerus memberikannya jawaban. Aku ingin dia melihat, aku ingin dia membuka mata dan percaya. Bahwa bumi ini ada bukan karena milyaran orang hidup diatasnya demi sesuap nasi dan harga diri. Dia itu manis, hanya dia tidak berniat menunjukannya. Jongga. Laki-laki asiatis itu punya seribu sisi baik yang jika terkuak pancaran sinarnya berhamburan menodai mata. "Jongga, berkomitmen itu bukan suatu keharusan, tapi ketika kita jatuh cinta, maka hati kita akan membuat komitmen dengan sendirinya. Karena kita tidak ingin menyakiti, karena kita terlanjur merasa nyaman, karena kita tidak ingin kehilangan, maka kita akan menjaga dan berjanji. Berkomitmen itu kan yang penting di hati." Aku menjelaskannya. Dia hanya merenung memperhatikan danau berair tenang yang tidak beriak sama sekali. Menggambarkan awan diatasnya. "Bagaimana cara mengungkapkannya? Menunjukan pada seseorang b

Ingkar

http://thesoliloquistconfession.blogspot.com/2014/12/siapa-dia.html?m=1 "Gila lo Cheil, biar udah lama di Jepang tetep aja pulang-pulang ngajak nya ke sini. Masih belom capek lo ngecengin mas nya?" Aku berdecak kagum sambil menyuapkan potongan steak ke mulut. Cheila cekikikan. "Ah Kaira, manis banget sih lo kalo lagi nyebelin begitu. Biarin lah Ra, itung-itung hiburan" Aku mendengus kesal, "Iya, terus sampe sekarang masih aja gue yang jadi korban nemenin lo"  Cheila semakin geli. Cewek yang satu ini memang jauh dari rasa bersalah. "Udah lo jangan sok gitu sama gue lah, kalo bukan gue yang ngajak siapa lagi yang mau ngajak lo." Dia semakin girang seusai melemparkan hinaan yang langsung mendarat tepat diwajahku. Tapi udah bukan jamannya ngambek sama Cheila. Percuma! Nggak akan bertahan lama juga ngambeknya. Jadi aku hanya bisa memasang wajah sok marah. "Nanti gue kasih langsung di depan muka lo yang lebih dari mas-mas ganteng itu"