The Notes of Dylan (Chapter 2 ; Liva, Chapter 3; epilog)
Liva Lima bulan lebih gue hidup dengan Liva. Dia masuk ke hidup gue tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Hidup gue berubah total, segalanya menjadi tentang ‘Liva, Liva, Liva’. Dia nggak cuma mengubah persepsi gue mengenai arti sebuah pelukan dan berceramah panjang lebar mengenai bahayanya merokok dan pergaulan bebas tapi dia merubah segalanya. Dia selalu memberikan alasan yang jelas dan konkrit. Jenis alasan yang bisa langsung masuk ke otak gue dan gue terima dengan baik. Dia nggak pernah memaksa gue. Tapi setiap kali dia mengungkapkan sesuatu, kata-kata itu selalu saja berhasil menjadi doktrin di kehidupan gue besoknya. Dia berpotensi jadi ahli hipnotis termahsyur di dunia. Dia menunjukan gue tentang dunia. Dia membuat gue menyadari kalau selama ini gue nggak mengenal tuhan gue. Bahkan dia menjelaskan kalau cafein cuma membuat gue menunda tidur padahal tidur adalah kenikmatan dan kebutuhan yang nggak seharusnya ditunda. Dia seharusnya hadir dihidup gue dari dulu. Seh...