Escape
The second Chapter of Fall
Untuk para pembaca
yang harus memberi keputusan kepada hidup
Happy Reading!!
“El, hmmm hallo! Apa kabar? Semoga saja kau baik disana. Maaf aku mengganggumu lagi. Aku hmm, aku sudah selesai mengurus kepindahanku ke manado. Tahun depan...” Dia tertawa kecil “Sebenarnya tahun depan itu tiga bulan lagi. Ya apapun itu, aku akan pindah ke Italia. Ada aunt Vittoria disana. Aku akan tinggal disana sampai, entah sampai kapan” Finn menarik napas “Aku akan selalu berdo’a untukmu, tuhan menyertaimu.”
Untuk para pembaca
yang harus memberi keputusan kepada hidup
Happy Reading!!
“Meskipun
aku bukan lagi kekasihmu, aku akan selalu bersedia menjadi bahu untuk
tangisanmu. Dengan senang hati, aku berjanji” Kata-kata itu mengiang-ngiang di
kepalaku. Memantul terus-menerus dan tak mau berhenti. Akankah Finn begitu setia
ada untuku?
Dia
tidak akan pernah menjadi bahu ketika aku menangis, sebab hanya dengan
melihatnya aku akan merasa baik-baik saja seolah angin segera membawa beban
hidupku. Jika aku bahagia, dialah sebabnya. Jika aku bersedih, dia jugalah
sebabnya. Dia bagaikan titik 0 dimana segala keseimbangan dalam hidupku adalah
keputusannya.
Aku
berusaha sibuk dan tidak peduli tetapi selalu saja secara tidak sengaja aku
ditarik untuk melamunkannya lagi dan lagi. Belakangan, aku berusaha menjalin sebuah
hubungan dengan laki-laki bernama Andre. Cucu dari rekan bisnis kakeku. Sempurna,
seperti Finn. Tetapi sejauh ini, aku tak punya perasaan apa-apa.
“Hai
El, jadwal kamu kosong hari ini? Kita bisa jalan-jalan dulu atau makan dulu ke
mall mungkin?” Andre bertanya sambil membukakan pintu mobilnya untuku. Laki-laki
ini berbaik hati menawarkan untuk menjemputku sepulang sekolah setiap harinya.
Aku
tersenyum setengah hati kearahnya mengingat janjiku dengan Finn untuk bertemu
dengan Finn cafe langganan kami. “Sorry ndre, aku lagi banyak banget tugas. Mungkin
lebih baik aku pulang kerumah dan menyelesaikan tugasku. Kita bisa undur aja
jadwal jalannya” aku berbohong. Hal yang tidak pernah aku lakukan pada Finn.
Andre
tersenyum menyiyakan. Tidak marah dan tidak berusaha memaksa. Seperti yang
selalu dilakukan Finn. “Tidak apa-apa. Kamu butuh bantuan? Siapa tau ada yang
bisa aku bantu” Andre menawarkan bantuannya kepadaku. Seperti yang selalu dilakukan
Finn.
“Oh
nggak-nggak, tenang aja tugasnya gampang ko tapi butuh ketelitian lebih. It’s
better to do it by my self” aku berbohong. Berbohong lagi. Terus berbohong. Hal
yang tidak pernah aku lakukan terhadap Finn. Aku benci melakukannya. Tetapi,
jujur untuk saat ini bukanlah opsi yang cukup baik. Aku tidak mau menyakiti
Andre. Aku tidak bisa meninggalkan Finn. Berdiri diantara, sama beratnya.
“Oh
it’s okay. Kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa telfon aku atau sms atau apalah. Kalau
kamu mau jalan-jalan juga aku siap nemenin.”
“Andre....”
“Ya?”
“Thank’s
a lot for everything”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Finn
duduk dihadapanku, mengaduk-ngaduk coffe didalam cup nya dengan sedootan
cokelat ramping. Aku melihat kantung matanya yang sedikit membesar dan wajahnya
yang muram. “Bagaimana kabarmu? Pucar baru?”
“Belum
bisa disebut pacar” jawabku
Finn
mengangguk, “bagaimana dia?
“Sempurna,
sepertimu”
“Kau
menyukainya?” Tanya Finn
“Sangat
amat menyukaiya” aku jujur
“Kau
menyayanginya?”
“menyayanginya”
“Kau
mencintainya?”
Aku
berpikir sejenak, menimbang-nimbang pertanyaan itu. Bahkan sulit bagiku untuk
menemukan jawaban dari pertanyaan itu di kepalaku. “Tidak!” Jawabku.
Finn
menatapku dengan kagum tanpa meninggalkan detail apapun. Dia menyelam memasuki
kepalaku, menimbang-nimbang setiap perkataanku dan masih terlihat heran “Bagaimana
bisa?” tanyanya ttidak percaya.
“Kau
tak perlu bertanya untuk mengetahui jawabannya” dia pasti tau.
“Tapi
kau bilang dia seperti aku”
“Dia
sepertimu. Persis sepertimu, sempurna, tidak ada celahnya, tidak ada kurangnya.
Tapi yang aku cintai adalah kau, masih kau, bukan seseorang yang
kesempurnaannya sepertimu”
Finn
menghembuskan napas berat dan membanting tubuhnya bersandar di sofa. “kamu yang
membuat semua keputusan ini El. Kamu tau, kita nggak bisa selamanya seperti ini.”
“Aku
tau Finn! Tapi aku belum siap. Belum untuk saat ini!”
“If
we wait until we’re ready, we’ll be waiting for the rest of our lives.” (lemony
quotes)
“i
can not let you go! Aku nggak punya cukup kekuatan untuk lepasin kamu”
“You
must have the coirage to let go of what you can not change. Come on El, try to
open your heart for the new guy. You will never fly until you throw off the
things that weight you down.” Finn menatapku dengan merajuk “El, please....”
Aku
memandangnya dengan perasaan sakit hati, kecewa, kehilangan. Seolah Finn berusaha
membentang jarak untuk menjauhkanku. “kau berjanji akan terus menjadi bahu
ketika aku menangis” aku berbisik,
mengingatkannya.
Finn
mengacak-ngacak rambutnya dengan tidak sabar “ Aku, aku. Oh Astaga! We insist
on making it complicated. El, kita benar-benar harus selesai. We can not stuck
in here”
Aku
menundukan kepala. Aku merasa tidak diinginkan, tidak lagi dibutuhkan. Finn
menarik tanganku lalu menatapku dengan sungguh-sungguh “Dengar, kita tidak bisa
selamanya disini. Kalau kau menginginkan ini maka kau harus siap menerima
segala kondisinya. Aku tidakbermaksud lari, menghindarimu, meninggalkanmu atau
apapun itu yang kau pikirkan.” Finn menarik napas panjang “Kau sudah mengkahirinya El. Aku akan berusaha
semampuku untuk tidak lagi mengganggumu, tidak mengusikmu dan tidak muncul
terus-menerus dihadapanmu.”
“Bagaimana
mungkin?” aku bertanya
“Dunia
luas El. Mungkin ketika tahun demi tahin berlalu, kau dan aku sudah belajar
arti dari merelekan”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“El, hmmm hallo! Apa kabar? Semoga saja kau baik disana. Maaf aku mengganggumu lagi. Aku hmm, aku sudah selesai mengurus kepindahanku ke manado. Tahun depan...” Dia tertawa kecil “Sebenarnya tahun depan itu tiga bulan lagi. Ya apapun itu, aku akan pindah ke Italia. Ada aunt Vittoria disana. Aku akan tinggal disana sampai, entah sampai kapan” Finn menarik napas “Aku akan selalu berdo’a untukmu, tuhan menyertaimu.”
Aku
tidak mengerti bagaimana dia bisa meninggalkanku hanya dengan mengirimkan
sebuah voice mail singkat. Aku berusaha menghubunginya terus-menerus tapi tidak
ada kabar. Tidak bisakah setidaknya dia menemuiku untuk sekedar menyampaikan
salam perpisahan?
“Aku
mencintaimu. Tapi lupakan! Kalau melupakanku adalah sebuah kebaikan, maka
lakukanlah!” itu adalah voice mail terakhirnya. Melupakannya hanyalah sebuah
kejaiban yang secara tidak beruntung tidak aku dapatkan. Tetapi finn benar.
Finn memag selalu benar. Bahwa aku dan dia tidak boleh terus begini. Semuanya harus
berakhir.
Ponselku
berdering, menunjukan nama Andre sebagai penelfon. Aku masih mencuri harap jika
itu Finn. Aku mengangkatnya dan mendengar Andre menyapaku dengan cerah dari
ujung sana. “Hallo El, sudah punya rencana untuk hari minggu ini? Aku berharap
kau bersedia menemaniku jakan-jalan, mungkin sedikit berbelanja”
Aku
tersenyum simpul, tak peduli jika dia tidak bisa melihatnya. Aku teringat lagi
akan Finn ketika kami pada proses pengenalan. Andre adalah Finn dari masa
depan. Mungkin saja begitu, dan Finn adalah karakter dongeng yang harus aku
tinggalkan. “Tentu saja! Jemput aku dua jam lagi”
Andre
tertawa “Apa kau benar-benar perlu dua jam hanya untuk bersiap-siap?”
“Tentu
saja! Aku ingin terlihat cantik hari ini!”
Aku
menceritakan segalanya kepada Andre. Segalanya terdengar salah, tetapi aku
butuh mengeluarkan segalanya dari otak dan hatiku. Andre benar-benar menyimak,
mendengarkan, dan memperhatikan. Seperti yang selalu dilakukan Finn. “Aku minta
maaf kalau kau marah. Aku salah karena senang mencuri-curi waktu untuk
menemuinya. Tapi sekarang tidak lagi, tidak akan pernah lagi”
“Aku
mengerti. Aku tidak akan me ndesakmu. Aku akan berusaha menunggumu sampai suatu
hari kau siap untuk memberikan hatimu yang sudah utuh. Kalaupun tidak, aku bisa
menjadi temanmu”
Aku
tersenyum jahil melihat kesungguhannya “Tunggu saja aku”
Dunia
memang begitu. Terkadang penuh penindasan, kadang pula dia berbaik hati. Bukan bagaimana
kita jatuh dan terseungkut tetapi bagaimana kita bangkit dan hidup lagi. Aku sendiri
tidak yakin apa aku cukup tangguh untuk benar-benar melepaskan Finn dan
menciptakan cerita baru.
Tapi
aku sudah memutuskan and any of decisions i’ve made is the way i choosed. Finn
benar, berdiri diantara hanya membuatku dilema dan jatuh pada akhirnya. Aku harus
memilih dan meninggalkan. Aku akan membiarkan Finn pergi. Aku akan membiarkan
Andre masuk. Tetapi takan pernah aku membiarkan otaku menghapus segala memori
tentang Finn.
Bagiku,
Finn tetap sepenggal sejarah
~And I will swallow my pride
you're the one that i love
and i'm saying goodbye
you're the one that i love
and i'm saying goodbye
Comments
Post a Comment