Tanpa Purnama
Purnamaku berlarut  Menguap kemudian turun hujan  Rinduku bersedu  Katanya ingin berjumpa dengan Cinta   Waktu selalu melompat  Kadangkala berlarian  Aku tak lagi punya daya  Untuk sekedar menghitungnya   Banyak cangkir kopi yang tandas di lidah  Tapi tak ada yang sepahit kehilangan  Tak ada yang serumit merelakan  Dan gula tak membuatnya lebih manis dari kenangan   Aku mau berlari  Mengelilingi bima sakti  Demi menemukan Cinta yang hilang  Yang dulu aku tinggalkan   Embun selalu meregang nyawa  Diujung ranting, ketika fajar  Aku adalah embun itu, Cinta  Mati, sebelum senja...   Boleh kau benci aku  Dengan segenap inginmu memilikiku  Dan rindu yang mulai melayu  Atas semua keputusanku   Tapi aku bisa menebusnya  Tidak lagi dengan hitungan purnama  Tetapi dengan sisa hidup yang kita punya  Sampai nama jadi hiasan nisan   Yang terakhir bagiku, Cinta  Untukmu, kujanjikan pula yang terakhir  Tak lagi perlu kejar-kejaran  Hanya tinggal menetap saja...   Aku, dan kamu,  Tanpa purnama