JENUH
                    JE NUH(ku)     Suatu hari, orang yang dahulu kamu tatap dengan penuh rasa, menjelma menjadi seonggok daging yang hanya bisa kamu berikan senyuman hampa     Semua perasaan, mimpi, dan ambisi, menjelma menjadi sisa goresan-goresan tinta yang bukunya mulai melapuk dimakan waktu     Semua hingar bingar tentang tawa dan amarah menjelma menjadi sederetan koma dan tanda tanya yang menunggu disematkan titik pada akhirnya     Katakan Jenuh, mengapa semua masa yang kulahap habis bersamanya seperti tidak menyisakan bekas selain kekosongan dan kesunyian     Dan mengapa setiap waktu yang pernah aku bagi dengannya seperti hanya kesia-siaan sebab tidak ada lagi yang bisa kuingat bahkanpun dirinya     Seolah rintikan hujan diatas genteng pun terdengar menyuarakan perpisahan, sesuatu hal yang bisa membuatku menangis semalaman sebelum semua perasaan janggal ini membuatku dilema     Bukankah dengan berhenti mencintainya saja aku sudah terlanjur menyakitinya?     Jenuh, aku tidak menge...