Beautiful Goodbye

Campo Santo Stefano
                   Keyra dan Daniel sedang mematung di sebuah cafe Ice Cream di jalan setapak Campo Santo Stefano, Venice. San Marco sedang padat, musim panas memberikan ruang sempit bagi para penduduk Venice maupun wisatawan asing. Dari sudut cafe Galateria Paolin, sambil menikmati menu ice creamnya, Keyra dan Daniel terdiam sendiri.
                “Kau membenciku? Kenapa kau menjauhiku belakangan ini?” tanya Daniel datar. Sesekali memperhatikan jalanan dengan hampa.
                “menurutmu ada apa? Jangan berlebihan, tidak ada apa-apa.” Keyra berbicara seperti biasa, ringan dan santai tetapi temponya lebih lambat. “Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Valen? Hubungan kalian baik?”
                Daniel berhenti. “Bagaimana menurutmu? Valen sangat cantik.  Aku tau dia sangat baik. Seperti katamu, dia mirip Julliet. Tapi aku merasa salah, aku bukan Romeo. Aku harus berada di dongeng lain. Gadisku bukan Julliet, kekasihku seharusnya bukan Valen”

                “Ironis sekali, kau memutuskan hubungan dengannya? Bahkan kau bisa tinggal di istana seperti Ca’ rezzonico jika kau tetap berpacaran dengannya”
                “Jangan terlalu kasar, kami hanya merubah status ‘berpacaran’ menjadi ‘berteman’. Apa kau sedang sibuk?” Tanya Daniel.
                “seperti biasa, sibuk memanjakan imajinasiku dengan setumpukan novel dan draft terbaru yang belum terselesaikan”
                “Kalau begitu, ikutlah denganku menonton opera di Musica A Pallazo. Aku traktir naik gondola.”
                “Sayang sekali, aku lupa kalau hari ini aku punya janji bertemu dengan kerabat lain” Keyra memberi alasan bohong dengan mahir tapi Daniel terlalu mengenalnya untuk dapat di kelabuhi. “Kau berusaha menghindar lagi kalau begitu, aku menculikmu!” Daniel menarik tangan keyra dan meninggalkan beberapa lembar uang di meja. Keyra ingin membantah, tapi justru berpasrah diri. Jauh dalam hati ada dua sisi yang memberontak. Satu sisi, dia merindukan Daniel, teman merantaunya dari Jakarta. Disisi lain, dia mengutuk dirinya sendiri karena mencintai Daniel dan hatinya terluka akibat jalinan asmara antara Daniel dan Valen. Dan saat ini, Keyra sedang membiarkan kedua perasaan tersebut membumi hanguskan hatinya. 
Gondola
                 Mereka menaiki gondola secara acak. Sambil menikmati musim panas dan perairan damai yang indah, mereka terhanyut dalam pikiran mereka masing-masing. Sampai ditujuan, mereka menerobos kerumuanan manusia yang sedang dalam perjalanan. Daniel seperti biasa terlihat sangat antusias sedangkan Keyra hanya membiarkan dirinya ditarik kesana dan kemari. Pallazo Barbarigo Minotto menjulang tegak dihadapan mereka bersamaa dengan jutaan memori dari setiap cela bangunan itu. Barangkali kenangan itu sudah jauh dibawah permukaan hingga rasanya mustahil untuk kembali menyeruak dan menampakan diri dengan terang-terangan.
               Opera di Pallazo selalu menjanjikan suguhan yang menakjubkan. Opera berlangsung di beberapa bagian istana yang berbeda sehingga Daniel terus-menerus menarik keyra. Keyra kembali tertawa, seperti pada saat tak ada hal menyedihkan yang terlalu membebaninya dengan rumit dan mengotori seluruh isi otaknya. Keyra berusaha bebas dan berbaur dengan segenap atmosfer bahagia di sekililingnya, hingga rasanya pita suaranya sudah siap untuk putus.

               
                     "Kau cantik hari ini, kau cantik sekali! aku merindukanmu" Daniel tersenyum. Sejenak Keyra terpaku pada kedua bola mata yang membuat jantungnya berpacu dengan semangat. Mungkin Daniel sudah kembali menjadi Daniel. Daniel yang selalu menjadi alasannya untuk tertawa. Tapi apakah laki-laki itu benar-benar berubah atau itu hanya pikiran dan perasannya saja yang berusaha terus memanipulasinya. Tapi dengan nakal, Keyra seolah bertanya di dalam hati 'Haruskah aku mengatakan kepadanya bahwa aku mencintainya?'. Tapi sekali lagi, itu tak akan mampu disuarakannya.
                      "Apa kau bersedia naik Vaparetto? Aku tau pasti akan membuatmu pusing, berdiri diantara kerumunan di musim panas, tapi sedang ingin ke St. Mark's Square. Sudah lama sekali aku tidak mampir kesana"
                      Keyra tersenyum jahil "Benarkah begitu? Kenapa kau tidak jujur saja kalau kau ingin kembali menjadi anak laki-laki yang berlarian menuju burung-burung.
                     "Bagaimana jika aku jujur bahwa sebenarnya aku masih merindukanmu?"
                     "Daniel, seharusnya kau tidak melakukan itu"
                     Laki-laki itu tertawa seolah yang dilakukannya bukanlah apa-apa. Mereka berjalan beriringan menuju Vaparetto. Vaparetto adalah bis air yang harganya sangat terjangkau. Akibat penuhnya pengunjung, rasanya mereka harus berebutan oksigen dengan pengunjung lain. Tapi di sepanjang perjalanan yang terasa singkat, sulit rasanya memperdulikan betapa susahnya udara itu mengisi paru-paru mereka ketika mereka bisa terus tertawa dan kembali membagi segala hal. Lama sekali tidak bertemu, banyak sekali hal yang harus mereka bagi berdua. Hingga pada akhirnya mereka sampai di Piazza San marco, St Mark's square. Bangunan berkubah megah itu seolah membentuk huruf U dengan burung-burung yang berlarian dan berterbangan di tengah-tengahnya. Senangnya melihat burung-burung itu mengepakan sayapnya dengan bebas.
                   
                              "Kamu lihat burung-burung itu? Mereka terus terbang tanpa menetap sedikit lebih lama"
                              "Mereka cantik"
                              "Key, Selama ini kita hidup di bawah langit yang sama, di atas Venecia, Kita membiarkan semuanya berjalan begitu aja. Tapi ada jutaan orang yang juga hidup disini, tanpa pernah kita kenal, tanpa pernah kita pedulikan. Tapi siapa peduli, tanpa adanya kita di kehidupan orang-orang lain, mereka tetap hidup. Kadang kita menabrak seseorang tapi tidak untuk mengenalnya. Mungkin kita seperti itu. Jalan kita bersinggungan, terus-menerus, tetapi tidak untuk bertemu pada akhirnya."
                             "Maksut kamu apasih dan? aku nggak ngerti"
                             "Kamu mencintai akukan, selama ini?"
                             "Kamu nuduh aku?" Wajah Keyra memerah
                             "Atau kamu yang berusaha untuk terus berbohong dan sembunyi?
                             "Kenapa kamu...." Keyra tidak bisa melanjutkan kata-katanya, rasanya terlalu berat.
                             "Aku harus pergi, pergi jauh dari sini. Aku akan pergi ke Jerman Key. Mungkin untuk sementara, mungkin untuk waktu yang sangat lama, atau mungkin untuk selama-lamanya"
                             "Daniel, kalau kamu mau pergi dari aku, kamu bisa bilang. Aku akan pergi, akan menjauh darimu, akan berusaha berpura-pura kalau tidak saling kenal. Haruskan berlari sejauh itu?"
                             "Tidak ada yang harus aku hindari. Hanya hal-hal bahagia yang harus aku tinggalkan. Kau tau, kenapa tidak ada yang ingin memikirkan bintang sepanjang hidupnya? Karena mereka sadar bahwa mereka tidak akan dapat menggapainya. Key, lupakan saja aku!"
                             "Kalau kamu cuma datang untuk pergi kenapa harus repot-repot membuat aku bahagia?" Keyra meninju-ninju bahu Daniel dengan mata yang mulai memanas merah. "Daniel aku bisa gila!" Isakan tangis itu pecah. Seperti kaca yang di hantam tenaga.
                              Daniel menarik Keyra ke dalam pelukannya. Keyra meronta, berusaha melepaskannya tetapi laki-laki itu begitu segan melepaskan rengkuhannya. Untuk sekali ini saja, untuk saat terakhir dalam hidupnya, dia ingin merasakan Keyra bersandar di bahunya, di dalam pelukannya. Seharusnya, tidak boleh seperti ini! bisakah cinta dan hidup itu jadi sederhana dan berdamai saja?
                             Mereka saling melepaskan. Keyra mengelap air mata di wajahnya. Dia menepuk bahu Daniel dan tersenyum "Aku terlalu dramatis, seharusnya aku sadar ini bukan episode dalam sebuah romance story yang begitu menekan perasaan. Aku hanya melepaskanmukan, begitu?" Keyra tersenyum
                          Kenapa gadis itu masih tersenyum disaat hatinya sedang runtuh. Daniel mengutuk dirinya karena membiarkan gadis rapuh itu seolah sendirian dan kesepian di dalam kisahnya. Jadi Daniel hanya mengangguk, memberikan jawaban singkat tanpa kata-kata.
                          "Seharusnya aku tau, aku tak pernah boleh mencintaimukan? Baik-baik disana. Terimakasih banyak untuk hari ini. Mau bagaimana lagi, aku tetap mencintaimu." Keyra tersenyum dan berbalik. Sebelum dia melangkah lebih jauh, Daniel menariknya kembali. Keyra jatuh kedalam pelukan Daniel, 'lagi' dan merasakan bibirnya menyentuh bibir Daniel yang hangat. Cukup untuk membuat jantung itu ber-euforia lagi. Rasanya begitu singkat hingga Daniel menarik diri dan berkata "Setidaknya, aku harus melakukannya sekali. Untukmu, dan juga untukku"







~I count the ways I let you down
All my fingers and toes but I'm running out
Clever words can't help me now
I grip you tight but you're slipping out

And I remember your eyes were so bright
When I first met you, so in love that night
And now I'm kissing your tears goodnight
And I can't take it, you're even perfect when you cry
Beautiful goodbye,

-Maroon 5, Beautiful Goodbye

Comments

  1. Aishhh keren des , haha ngerti sampe sudut2 venice ;)

    ReplyDelete
  2. Makasih bunga, hehe obsesiku masih ketinggalan disana
    wish you enjoy!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bertahan

Maaf

Selamanya