Escape

The second Chapter of Fall

Untuk para pembaca
yang harus memberi keputusan kepada hidup

Happy Reading!!


“Meskipun aku bukan lagi kekasihmu, aku akan selalu bersedia menjadi bahu untuk tangisanmu. Dengan senang hati, aku berjanji” Kata-kata itu mengiang-ngiang di kepalaku. Memantul terus-menerus dan tak mau berhenti. Akankah Finn begitu setia ada untuku?
Dia tidak akan pernah menjadi bahu ketika aku menangis, sebab hanya dengan melihatnya aku akan merasa baik-baik saja seolah angin segera membawa beban hidupku. Jika aku bahagia, dialah sebabnya. Jika aku bersedih, dia jugalah sebabnya. Dia bagaikan titik 0 dimana segala keseimbangan dalam hidupku adalah keputusannya.
Aku berusaha sibuk dan tidak peduli tetapi selalu saja secara tidak sengaja aku ditarik untuk melamunkannya lagi dan lagi. Belakangan, aku berusaha menjalin sebuah hubungan dengan laki-laki bernama Andre. Cucu dari rekan bisnis kakeku. Sempurna, seperti Finn. Tetapi sejauh ini, aku tak punya perasaan apa-apa.
“Hai El, jadwal kamu kosong hari ini? Kita bisa jalan-jalan dulu atau makan dulu ke mall mungkin?” Andre bertanya sambil membukakan pintu mobilnya untuku. Laki-laki ini berbaik hati menawarkan untuk menjemputku sepulang sekolah setiap harinya.
Aku tersenyum setengah hati kearahnya mengingat janjiku dengan Finn untuk bertemu dengan Finn cafe langganan kami. “Sorry ndre, aku lagi banyak banget tugas. Mungkin lebih baik aku pulang kerumah dan menyelesaikan tugasku. Kita bisa undur aja jadwal jalannya” aku berbohong. Hal yang tidak pernah aku lakukan pada Finn.
Andre tersenyum menyiyakan. Tidak marah dan tidak berusaha memaksa. Seperti yang selalu dilakukan Finn. “Tidak apa-apa. Kamu butuh bantuan? Siapa tau ada yang bisa aku bantu” Andre menawarkan bantuannya kepadaku. Seperti yang selalu dilakukan Finn.
“Oh nggak-nggak, tenang aja tugasnya gampang ko tapi butuh ketelitian lebih. It’s better to do it by my self” aku berbohong. Berbohong lagi. Terus berbohong. Hal yang tidak pernah aku lakukan terhadap Finn. Aku benci melakukannya. Tetapi, jujur untuk saat ini bukanlah opsi yang cukup baik. Aku tidak mau menyakiti Andre. Aku tidak bisa meninggalkan Finn. Berdiri diantara, sama beratnya.
“Oh it’s okay. Kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa telfon aku atau sms atau apalah. Kalau kamu mau jalan-jalan juga aku siap nemenin.”
“Andre....”
“Ya?”
“Thank’s a lot for everything”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Finn duduk dihadapanku, mengaduk-ngaduk coffe didalam cup nya dengan sedootan cokelat ramping. Aku melihat kantung matanya yang sedikit membesar dan wajahnya yang muram. “Bagaimana kabarmu?  Pucar baru?”
“Belum bisa disebut pacar” jawabku
Finn mengangguk, “bagaimana dia?
“Sempurna, sepertimu”
“Kau menyukainya?” Tanya Finn
“Sangat amat menyukaiya” aku jujur
“Kau menyayanginya?”
“menyayanginya”
“Kau mencintainya?”
Aku berpikir sejenak, menimbang-nimbang pertanyaan itu. Bahkan sulit bagiku untuk menemukan jawaban dari pertanyaan itu di kepalaku. “Tidak!” Jawabku.
Finn menatapku dengan kagum tanpa meninggalkan detail apapun. Dia menyelam memasuki kepalaku, menimbang-nimbang setiap perkataanku dan masih terlihat heran “Bagaimana bisa?” tanyanya ttidak percaya.
“Kau tak perlu bertanya untuk mengetahui jawabannya” dia pasti tau.
“Tapi kau bilang dia seperti aku”
“Dia sepertimu. Persis sepertimu, sempurna, tidak ada celahnya, tidak ada kurangnya. Tapi yang aku cintai adalah kau, masih kau, bukan seseorang yang kesempurnaannya sepertimu”
Finn menghembuskan napas berat dan membanting tubuhnya bersandar di sofa. “kamu yang membuat semua keputusan ini El. Kamu tau, kita nggak bisa selamanya seperti ini.”
“Aku tau Finn! Tapi aku belum siap. Belum untuk saat ini!”
“If we wait until we’re ready, we’ll be waiting for the rest of our lives.” (lemony quotes)
“i can not let you go! Aku nggak punya cukup kekuatan untuk lepasin kamu”
“You must have the coirage to let go of what you can not change. Come on El, try to open your heart for the new guy. You will never fly until you throw off the things that weight you down.” Finn menatapku dengan merajuk “El, please....”
Aku memandangnya dengan perasaan sakit hati, kecewa, kehilangan. Seolah Finn berusaha membentang jarak untuk menjauhkanku. “kau berjanji akan terus menjadi bahu ketika aku menangis”  aku berbisik, mengingatkannya.
Finn mengacak-ngacak rambutnya dengan tidak sabar “ Aku, aku. Oh Astaga! We insist on making it complicated. El, kita benar-benar harus selesai. We can not stuck in here”
Aku menundukan kepala. Aku merasa tidak diinginkan, tidak lagi dibutuhkan. Finn menarik tanganku lalu menatapku dengan sungguh-sungguh “Dengar, kita tidak bisa selamanya disini. Kalau kau menginginkan ini maka kau harus siap menerima segala kondisinya. Aku tidakbermaksud lari, menghindarimu, meninggalkanmu atau apapun itu yang kau pikirkan.” Finn menarik napas panjang  “Kau sudah mengkahirinya El. Aku akan berusaha semampuku untuk tidak lagi mengganggumu, tidak mengusikmu dan tidak muncul terus-menerus dihadapanmu.”
“Bagaimana mungkin?” aku bertanya
“Dunia luas El. Mungkin ketika tahun demi tahin berlalu, kau dan aku sudah belajar arti dari merelekan”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“El, hmmm hallo! Apa kabar? Semoga saja kau baik disana. Maaf aku mengganggumu lagi. Aku hmm, aku sudah selesai mengurus kepindahanku ke manado. Tahun depan...” Dia tertawa kecil “Sebenarnya tahun depan itu tiga bulan lagi. Ya apapun itu, aku akan pindah ke Italia. Ada aunt Vittoria disana. Aku akan tinggal disana sampai, entah sampai kapan” Finn menarik napas “Aku akan selalu berdo’a untukmu, tuhan menyertaimu.”
Aku tidak mengerti bagaimana dia bisa meninggalkanku hanya dengan mengirimkan sebuah voice mail singkat. Aku berusaha menghubunginya terus-menerus tapi tidak ada kabar. Tidak bisakah setidaknya dia menemuiku untuk sekedar menyampaikan salam perpisahan?
“Aku mencintaimu. Tapi lupakan! Kalau melupakanku adalah sebuah kebaikan, maka lakukanlah!” itu adalah voice mail terakhirnya. Melupakannya hanyalah sebuah kejaiban yang secara tidak beruntung tidak aku dapatkan. Tetapi finn benar. Finn memag selalu benar. Bahwa aku dan dia tidak boleh terus begini. Semuanya harus berakhir.
Ponselku berdering, menunjukan nama Andre sebagai penelfon. Aku masih mencuri harap jika itu Finn. Aku mengangkatnya dan mendengar Andre menyapaku dengan cerah dari ujung sana. “Hallo El, sudah punya rencana untuk hari minggu ini? Aku berharap kau bersedia menemaniku jakan-jalan, mungkin sedikit berbelanja”
Aku tersenyum simpul, tak peduli jika dia tidak bisa melihatnya. Aku teringat lagi akan Finn ketika kami pada proses pengenalan. Andre adalah Finn dari masa depan. Mungkin saja begitu, dan Finn adalah karakter dongeng yang harus aku tinggalkan. “Tentu saja! Jemput aku dua jam lagi”
Andre tertawa “Apa kau benar-benar perlu dua jam hanya untuk bersiap-siap?”
“Tentu saja! Aku ingin terlihat cantik hari ini!”


Aku menceritakan segalanya kepada Andre. Segalanya terdengar salah, tetapi aku butuh mengeluarkan segalanya dari otak dan hatiku. Andre benar-benar menyimak, mendengarkan, dan memperhatikan. Seperti yang selalu dilakukan Finn. “Aku minta maaf kalau kau marah. Aku salah karena senang mencuri-curi waktu untuk menemuinya. Tapi sekarang tidak lagi, tidak akan pernah lagi”
“Aku mengerti. Aku tidak akan me ndesakmu. Aku akan berusaha menunggumu sampai suatu hari kau siap untuk memberikan hatimu yang sudah utuh. Kalaupun tidak, aku bisa menjadi temanmu”
Aku tersenyum jahil melihat kesungguhannya “Tunggu saja aku”


Dunia memang begitu. Terkadang penuh penindasan, kadang pula dia berbaik hati. Bukan bagaimana kita jatuh dan terseungkut tetapi bagaimana kita bangkit dan hidup lagi. Aku sendiri tidak yakin apa aku cukup tangguh untuk benar-benar melepaskan Finn dan menciptakan cerita baru.
Tapi aku sudah memutuskan and any of decisions i’ve made is the way i choosed. Finn benar, berdiri diantara hanya membuatku dilema dan jatuh pada akhirnya. Aku harus memilih dan meninggalkan. Aku akan membiarkan Finn pergi. Aku akan membiarkan Andre masuk. Tetapi takan pernah aku membiarkan otaku menghapus segala memori tentang Finn.

Bagiku, Finn tetap sepenggal sejarah





~And I will swallow my pride
you're the one that i love
and i'm saying goodbye

Comments

Popular posts from this blog

Bertahan

Maaf

Selamanya