(Benarkah itu) KAMU?

Thesoliloquistconfession.blogspot.com

Aku nyaris mengutuk setiap hari yang berlalu. Pada kekosongan yang membingungkan dan memerangkap. Aku menyadari bahwa satuan hari hanyalah sekedar khayalan manusia. Agar 24 jam menjadi nyata dalam susunan angka yang tidak ada habisnya. Yang benar, kita hanya memiliki masa lalu, hari ini, lalu masa depan. Dan semuanya akan melebur jadi sekedar kenangan. Bahwa sebenarnya yang kita punya adalah tiga bagian waktu yang tidak bisa diperlambat, tidak dipercepat, tidak pula bisa kembali. 

Aku mendambakan setiap detik yang hanya kuhabiskan dengan bernapas. Bersyukur dan mencintai sang pencipta. Bukan aku tidak suka kebisingan. Aku justru senang ditelannya. Hanya aku menikmati titik khidmat kesendiran. Dibalut kesunyian. Dibumbui ketenangan. Lalu matang dengan kerinduan. Aku mencinta. Akulah ciptaan tuhan yang tidak pernah berhenti untuk jatuh cinta. Akulah yang mendamba. Yang bertekuk lutut pada setiap rupa keindahan. Akulah si tolol yang romantis. Yang masih hidup sebagai pemuja. Dengan topeng manusia biasa, lengkap dengan setelan belanja.

Duniaku itu fana. Yang nyata justru tidak penuh kejutan. Wajarkan, aku lebih senang dikuasai  lamunan. Rasanya semesta ikut setuju. Justru mengangguk bangga pada pilihanku. Barangkali aku memang terlahir untuk memperbaiki tabiat manusia yang mulai meragukan kekuatan 

Dari awal aku bangun pagi, jantungku berdegup kencang sekali. Mengapa rasanya hati ini semakin dekat. Dekat dengan entah siapa. Entah dimana. Seolah aku akan diseret takdir. Untuk disuguhi sesuatu yang baru. Untuk menghidupkan satu hati dengan cinta. Adakah takdir itu menyenangkan untuk kujalani tuhan? Kuharap begitu. 

Sebelumnya kusempatkan diri bercermin di toilet. Mengamati lekat-lekat kembaranku di cermin. Hanya berdiri disana untuk seperempat jam. Kadang membasuh tangan dengan air dari keran. Akankah aku yang terasing ini akan jadi perhatian. Untuk seseorang yang lihat aku berbeda. Karena cinta sukses membutakan pandangan tetapi membuat hati transparan. Ah sudahlah! Kadangkala aku harus berhenti membayangkan. Untuk ikhlas menghadapi realita. Yang sudah digariskan oleh nasib. Aku jadi senyum-senyum sendiri. Ah dunia memang lucu.

Ku kendarai sedan merah jambu itu keluar menerobos kemacetan Jakarta. Janji menjemput sahabat dari jaman bahela setelah student exchange ke Jepang. Yang satu ini memang senangnya bikin orang sibuk. Tapi biar ngedumel di telfon tetap juga aku jalan pagi-pagi demi menjemput si cerewet ini.

"Kaira!!" Dia langsung loncat-loncat sewaktu dia menangkap sosokku menunggunya sambil menggosok-gosok mata. Menarik kopernya dengan tergesa-gesa lalu menubrukku sampai hampir mau jatuh. Memelukku erat sekali. Ternyata, sudah lama sekali. Lama sekali sejak terakhir kali kami tidur berdua dan menghabiskan semalam suntuk untuk mengumbar cerita pribadi. "Gila Ra, gue kangen banget sama lo" katanya. "Iya Cheil iya!" Aku cuma manggut-manggut di bahunya. "Gila lo Cheil, makin putih aja pulang dari sana. Makin kurus lagi. Nyebelin lo!" Aku menggoda Cheila yang pecicilan dengan kuncir kudanya. "Nggak kalah cakep gue sekarang sama Raisa ya" tanggapnya. Lalu kami tertawa.

Rasanya aku bisa mati sakit perut karena terlalu banyak ngikik dengan Cheila. Tidak sengaja kutangkap sosok laki-laki dengan rambut berantakan berdiri menatap kami berdua. Dengan tatapan dingin sekaligus tajam dan angkuh. Tatapan tipe laki-laki nyebelin yang sok ganteng. Dia tertawa sedikit dengan gayanya yang nampak menghina. Seolah kami dua ikan busuk menjijikan yang harus segera di makamkan ditempat sampah. "Kenapa sih Ra?" Tanya Cheila mengikuti arah pandanganku. "Tuh cowok nyebelin deh" tudingku.

Cheila celingukan, "Yah itumah temen gue waktu di Jepang Ra. Orang Indonesia, lama di Jepang. Gosipnya sih emang dia mau balik kesini." Cheila menarikku menjauh, berjalan menuju parkiran mobil. "Orangnya kaku. Nyebelin sih lumayan. Baik juga tapi. Intinya orangnya nggak mau diganggu gugat. Orangnya realistis. Apa-apa harus sesuai logika. Nggak ada deh tuh yang namanya romantis. Tapi katanya dia sayang banget sama nyokap sama ade nya. Lucu ya Ra" Cheila berceloteh panjang lebar.

"Sinting lo Cheil! Lucu apaan sih, cowok sarkastik nyebelin gitu sih kenapa nggak lo gorok aja. Gue sih malah mengharap dia harakiri aja di Jepang sana daripada nyampah di Indonesia"

Cheila tertawa geli. Dengan gayanya yang centil tapi gemesin. "Aaaah Kaira lucu banget sih. Seneng tau gue ketemu orang kayak dia. Gue kayak melihat sisi hitam lo gitu. Lagian, dia tuh pinter banget tau Ra. Anak Jepang aja kalah sama dia pinternya. Nggak kebayang kan lo kalo dia jadi presiden kita nanti, Indonesia bakal gimana. Beuuuh Papua bisa berubah jadi Tokyo Ra" gurau Cheila

"Bisa aja lo" aku tertawa. Hatiku berhenti berdegup cepat. Rasanya lega dan ringan. Sebenarnya apa yang tengah takdir rencanakan untukku?"

Comments

Popular posts from this blog

Bertahan

Maaf

Selamanya