kuperkenalkan kau pada cinta

Angin merenggut tubuhku. Memaksaku mengecupnya sampai ke rusuk, ketika ku buka jendela di ketinggian 19. Di atas apartement kesepian yang dipeluk riuh ibu kota. Aku mengintip kebawah. Nampak lampu-lampu sedang berjaya menemani jiwa-jiwa kusut yang dinodai semerawut Jakarta. Nampaknya ramai. Bagai lilin-lilin putih yang sedang merayakan mati lampu. 

Rasanya ingin meringis. Pada setiap raga yang hati nya mati. Tapi berlagak hidup. Bernapas merebut oksigen seperti yang paling butuh. Padahal bumi tetap berputar meski dia sudah jadi kaku. Kulihat, hatinya juga sudah jadi abu-abu. Jangankan putih, hitampun rasanya tak sudi. Dihinakan mereka oleh titik terang yang menyebut dirinya cinta. 

Kenapa kau berdusta? Tak mau mengakui cinta. Tak tau kah kau, dia lebih hebat walau kau sudah jadi dewa. Dia akan membunuh otakmu. Mengulitinya dan menggantungnya seperti pajangan rusak. Dia bukan enggan menyentuhmu. Dia hanya menunggu waktu untuk menyentil rasa sombong dan menginjakmu dengan egomu  sendiri. Sampai saat itu tiba, nikmati saja berjalan di atas bumi. Bertingkah seperti pemikir. Sebelum pikiranmu diracuni!

Aku mungkin sama sepertimu. Aku mungkin sehina dirimu. Tapi aku masih menyimpan serpihan kecil untuk nantinya disentuh. Untuk diputar balik, dijatuhkan, dihancurkan, lalu dibangun kembali. Aku ingin menikmatinya. Aku akan bertindak cukup adil untuk bahagia karenanya dan mencicipi pahitnya juga. Dasar kau pengecut! Hidup hanya mau bahagia saja. Cinta hanya mau manis saja. Itu sih namanya diabetes. Cinta dan patah hati itukan sepaket. Mana bisa seenaknya dipisahkan. 

Aku memeluk lutut. Hangat dengan posisi seperti ini. Berbalut selimut tidur tebal yang aneh dibawa kemana-mana. Sambil menyandarkan kepala di kanopi jendela. Betanya-tanya pada langit yang tak lagi punya bintang. 'Apakah hanya aku yang masih punya jiwa merdeka?'. Karena nampaknya hanya aku yang masih berjuang untuk jatuh cinta. Bukan meludahkannya tapi berjuang memiliki. Berusaha merenggut apa yang bukan haknya hanya karena butuh nama untuk dipajang di status BBM nya. Supaya satu dunia tau, kalau satu nyawa masih hidup untuk mengucapkan "Selamat pagi sayang!" Dan "Jangan lupa makan" padamu setiap hari. Seolah satu penduduk bumi peduli padamu.

Cinta itu indah.

Cinta itu bukan sekedar kecupan mesra dan pelukan hangat. Cinta itu menyentuh seluruh jiwamu. Menjadikannya satu dalam harmoni. Membuat semuanya lengket dalam perasaan mendamba. Membangun kanopi dan dinding-dinding tinggi yang membuatmu lupa pada sekitar. Kau tak akan pernah merasa hidup sebelum kau jatuh cinta. Sebelum cinta merayap masuk kedalam lubang nan kecil di sudut hatimu dan mengecat semuanya jadi merah jambu. Dialah lentera dalam gulita. 

Cinta adalah kebutuhan. Adalah keseharian. Ketika kau menghadap sang pencipta, ketika kau menemukan anak kucing dijalanan, ketika kau kagum, tanpa kau sadari kau dirasuki cinta. Begitulah cinta, dia menyergapmu tanpa perlu memberi taumu terlebih dahulu. Disitulah indahnya. Biar kau berkilah pura-pura tak sadar, hatimu tidak bisa ingkar bahwa cinta telah mengetuknya dan mendobraknya sampai jebol dan patah. 

Aku tersenyum. Tersenyum pada malam yang membentang angkuh membendung lamunanku. Dan suara berisik klakson dibawah. Juga pada jiwa-jiwa layu yang terancam patah. Aku ingin lari. Lari dari dunia yang dihuni mayat hidup. Aku ingin hidup dan membakar cinta agar dia membara. Aku ingin keluar dari pagar. Merobek angan. Berjingkrak sampai tinggi. Aku akan keluar. Lalu aku akan pergi. Lalu mungkin tak kembali.

Tapi itu mungkin nanti. Dan nanti mungkin tak pernah ada. Atau mungkin nanti. Dan nanti mungkin adalah esok.

Entahlah...


(Bersambung....
Thesoliloquistconfession.blogspot.com)

Comments

Popular posts from this blog

Bertahan

Maaf

Selamanya