Ingkar

http://thesoliloquistconfession.blogspot.com/2014/12/siapa-dia.html?m=1

"Gila lo Cheil, biar udah lama di Jepang tetep aja pulang-pulang ngajak nya ke sini. Masih belom capek lo ngecengin mas nya?" Aku berdecak kagum sambil menyuapkan potongan steak ke mulut.

Cheila cekikikan. "Ah Kaira, manis banget sih lo kalo lagi nyebelin begitu. Biarin lah Ra, itung-itung hiburan"

Aku mendengus kesal, "Iya, terus sampe sekarang masih aja gue yang jadi korban nemenin lo" 

Cheila semakin geli. Cewek yang satu ini memang jauh dari rasa bersalah. "Udah lo jangan sok gitu sama gue lah, kalo bukan gue yang ngajak siapa lagi yang mau ngajak lo." Dia semakin girang seusai melemparkan hinaan yang langsung mendarat tepat diwajahku. Tapi udah bukan jamannya ngambek sama Cheila. Percuma! Nggak akan bertahan lama juga ngambeknya. Jadi aku hanya bisa memasang wajah sok marah. "Nanti gue kasih langsung di depan muka lo yang lebih dari mas-mas ganteng itu"

Aku menyipitkan mata, "Apa? Lo jangan macem-macem ya Cheil! Biarpun dia waiters starbuck, please lo jangan gila. Kecuali lo mau ngenalin cowok Jepang, baru deh ya gue pertimbangin" 

"Astaga Ra, lo tuh kenapa sih hobi nya netting mulu sama gue. Padahal gue niat baik nih mau ngenalin lo sama temen gue waktu di Jepang"

Mendengarnya aku langsung antusias setengah mati. "Ah masa Chel? Aduh mau dong Chel. Cakep kan?"

Cheila geleng-geleng kepala ngeledek sambil ketawa ngakak. "Ganteng lah gila lo! Itu lho Ra, cowok yang waktu itu lo liat di Bandara"

Aku melempar tisu ke arahnya sambil terbatuk-batuk "gembel! Nasib gue mau lo gantung? Ya ampun Chel tega lo ya sama gue, dari mukanya aja gue udah bisa liat kalo gue nggak bakal cocok sama dia. Ya tuhan Cheila...."

Cheila monyong-monyong, "Alah lo Ra belom kenal juga sama dia, nanti kenalan dulu ya Ra. Kalo emang nggak cocok yah yaudah. At least lo kenalan dulu" Cheila justru ngotot ngomel-ngomel. Kekeuh kalau aku harus kenalan sama cowok itu.

"Namanya siapa Chel?"

Cheila langsung ketawa ngakak "tuhkan Ra, gaya lo doang nggak penasaran padahal sebenernya lo kepo jugakan? Ah nggak seru kali dikasih tau! Nanti ya, lo kenalan sendiri"

................................................

Naif. Tiba-tiba kata itu numpang lewat menyebrangi pikiranku. Aku terpikir pada Cheila, pada laki-laki itu. Ku umumkan pada semua orang dan bahkan pada tuhan bahwa kuserahkan hati ini pada cinta. Tetapi apakah selama ini aku justru berusaha menahannya masuk membanjiri hidupku? Aku membuat justifikasi sendiri mengenai sosok cowok ideal pilihan Cheila yang bahkan belum ku kenal sama sekali. Rasanya curang!

Padahal aku juga mulai memikirkannya sejak awal bertemu. Mengingat tampangnya yang super nyebelin tetapi tidak sanggup lupa. Aku memilih untuk menyembunyikannya juga dengan Cheila. Menghindari wajah jenaka itu tertawa puas dan merasa menang. Kalaupun Cheila memang ditakdirkan menang, biarkan dulu waktu yang menggerogoti dengan gigi tajamnya.

Aku melangkah beriringan dengan Cheila. Membiarkannya berjalan sambil mengoceh riang tentang apapun yang dijumpai matanya dan menggelitik bibirnya sampai gatal ingin komentar. Sudah keadaan sewajarnya. Aku menelan ludah sewaktu sosok itu berkelebat lewat tak jauh dari sana. Perawakannya yang tinggi kurus dengan kacamata tersangkut dihidungnya. Hanya mengenakan kaos polos dan jeans kebesaran. Sebelah tangannya menopang tali tas nya. Dan kakinya yang dibalut convers hitam buluk melangkah dengan ringan. Dia sibuk menopang buku yang sedang dibacanya sambil berjalan. Tidak peduli dengan banyaknya orang yang justru memilih untuk jalan sambil bicara dengan kawannya. Individualisme ansos yang dibutuhin semua orang karena otaknya.

"Oh astaga itu dia! Jongga!!" Cheila berteriak heboh melambaikan tangannya memanggil-manggil pria yang dipanggilnya dengan nama Jong-tidak-tau-apa-itu. Laki-laki itu menyipit sebentar, melihat Cheila lalu mulai berjalan menghampiri. Masih dengan wajah datarnya bahkan tanpa tersenyum sekalipun. "Jongga! Ah senang sekali bertemu denganmu lagi", Cheila lalu berlari memeluknya, bergelantungan di leher Pria itu. Nampak sangat akrab. Tidak terlalu heran, Cheila memang terbuka dengan siapa saja. Dia mudah menerima dan mudah diterima. "Kenalkan temanku," Cheila menunjuk kearahku. Aku mengulurkan tangan dan dia menjabatnya. "Kaira Lana" jawabku, melemparkan senyum sekilas kearahnya.

Taukah apa yang dia katakan? Dia hanya mengucapkan kata "Jongga" tanpa tersenyum. Menusuk mataku dengan kedua bola mata hitam legamnya. Tatapannya menyapu seluruh bulu di tubuhku hingga berdiri dan merinding. Tepat sekali jatuh menghujani kulit hatiku dan berhasil menyayatnya.

Cheila yang berhasil menangkap ketidak berdayaanku tertawa mencairkan suasana. "Jangan kaku gitu dong, kalian bakal sering ketemu. Sama-sama anak management. Come on guys, santai dikit dong...." gurau Cheila. Jongga tersenyum hambar, nampak tidak terlalu tertarik. "I have to go Chel" lalu dia beralih menatapku, "glad to see you" dan dia berlalu pergi begitu saja.

 .................................................

Laki-laki itu menyisakan banyak hal. First impression nya yang angkuh, wajah gantengnya yang anti senyum, genggaman tangannya yang hangat, matanya yang tajam dan menusuk. Semuanya jadi mimpi bermata dua yang menghantui malamku. Jantungku berdegup kencang setiap kali menjumpainya. Aku tidak bisa tidur setiap kali memikirkannya, dan diam-diam aku antusias setiap kali Cheila memulai diskusi tentangnya.

Inikah cinta? Kalau cinta sebegini membingungkannya rasanya lebih baik kujilat muntahan kata-kataku sendiri. Mengapa baru mulai saja sudah begitu rumit? Kuharap ini tidak sesulit membulatkan tekad demi naik tornado. 'Cheila, sungguh aku menuntutmu karena kau menyeretku merasakan cinta dengan orang yang rasanya sangat tidak tepat!'

Comments

Popular posts from this blog

Bertahan

Maaf

Selamanya