Senjaku hitam putih

Celotehan Juli 2016 lalu

Sejak kamu tidak lagi hadir seperti dulu. Menjauh perlahan-lahan, mengukir jarak semakin lebar, kemudian membuat rencana untuk angkat kaki.

Masih menggema dalam ingatan, kala kamu berbisik di telingaku sambil merajuk, "Jangan pergi, jangan kemana-mana..." Tetapi tawamu tidak sesering dulu kau tujukan kepadaku. Perhatianmu tidak seberapa lamanya hadir. Kamu hanya mengharapkanku ketika kamu jenuh, untuk sekedar berceloteh ringan, agar duniamu sejenak penuh dengan kata-kata.

Kamu egois, tau?
Karena aku hanya boleh memikirkanmu. Bahkan memikirkanmu yang sedang berburu kebahagian tanpa aku. Bahkan memikirkanmu yang mulai tidak peduli tentang segala hal yang dulu kita bagi. Memikirkanmu, yang sedang tidak memikirkan aku... Masih menggema dalam ingatan, kala kamu berbisik di telingaku sambil merajuk, "Aku akan tetap mencintaimu, selalu..." Kamu salah, iyakan?

Aku juga... Sebab itu tidak benar. Kamu terlalu percaya padahal tidak yakin. Aku terlalu berharap padahal tau itu bohong. Bahwa kata-kata itu hanya puisi sebelum tidur, yang kau lantunkan agar semalaman aku mimpi indah. Tetapi ketika aku memutuskan untuk bangun, Sayang, segalanya tinggal ingatan. ~

Jangan menetap jika kamu tidak mampu mewarnai senjaku. Jangan disini jika kamu hanya membuatnya kelabu. Aku bisa melukisnya sendiri. Asalkan kamu lepaskan aku, dan biarkan aku mengejar kanvasnya. -Desv-

Comments

Popular posts from this blog

Bertahan

Maaf

Selamanya