Biarkan Aku

 Kamu dan kepalamu yang penuh keresahan selalu menyisakan tanda tanya tentang aku yang berubah

 

Mengapa kamu dan keras kepalamu tidak bertanya kepada dirimu sendiri, apakah adil jika kamu memintaku untuk tetap sama?

 

Merangkai kehidupan dari sisa pondasi yang kau tinggalkan berantakan, menjadi seseorang yang mencintaimu dengan sungguh dan senang, lalu selamanya bertahan dengan perasaan hilang?

 

Mungkin perlu kau ajarkan padaku caranya melanjutkan hidup dengan patah hati yang tak ramah, mengharapkan kebahagiaan dari pintu yang membanting dirinya tanpa memberiku ruang untuk marah, menetap di ruang yang selalu mengingatkanku bahwa aku ditinggalkan, lalu melanjutkan hari-hari dengan cara yang sama sehingga jika suatu hari kamu mampir sekedar bertanya kabar, kamu akan menjumpai seorang gadis yang pernah membuatmu merasa pulang.

 

Hanya supaya kamu tidak perlu merasa asing dengan dirimu sendiri.

 

Hanya supaya kamu tidak menyesali keputasanmu lebih jauh lagi.

 

Ketika kamu dan aku berlari berseberangan, tidakkah wajar jika kita berhenti di tempat yang berjauhan? Yang mungkin saja tidak lagi memungkinkan kamu dan aku untuk saling melihat, menjangkau, memikirkan, mengkhawatirkan.

 

Ketika kamu dengan pasti melepaskan setiap angan-angan yang kita rangkai perlahan-lahan tentang masa depan, tidakkah wajar jika aku menyerahkannya juga? Membiarkannya melukaiku sekali tanpa perlu selamanya.

 

Ketika kamu memilih apa-apa yang sekiranya membuatmu lebih ringan, tidakkah wajar jika aku berharap begitu adanya? Kamu sudah melangkah terlalu jauh untuk berhenti dan merenung lagi, tidakkah wajar jika setidaknya aku berharap kalau pilihan itu tidak perlu menyakitimu juga?

Comments

Popular posts from this blog

Bertahan

Maaf

Selamanya