Hanya Sekedar

 Sore ini rasanya ingin sekali aku berbincang lagi tentang sendu yang sudah pasti melibatkanmu. Karena tidak ada lagi sedih yang cukup haru selain tentangmu, walau lama tidak bertemu. Aku bertanya-tanya sudah sepanjang apa rambutmu, apakah wangimu masih seperti dulu, ataukah kamu tidak lagi suka makan satai karena terlalu banyak debu? Andai kamu tau, jantungku masih berpacu degupannya ketika memikirkanmu.

Tidak pernah aku benar-benar pergi. Hanyalah ruang luas yang ingin aku kembalikan padamu dan dunia yang bisa kau isi dengan mimpi. Tidak pernah aku benar-benar hilang. Hanyalah tidak adil menjadi atap yang sekedar menghalangimu menatap bintang-bintang, tapi tidak berpendar ketika setapak jalanmu kelam.


Kamu tidak bisa membagi bahkan walau hanya sedikit, padahal jika pundakmu berat selalu kutawarkan pelukan untuk beristirahat. Selalu aku berharap ada, ketika hujan di matamu dan keluh kesah memenuhi dadamu, tetapi tidak pernah ada aku pada setiap sedih dan senangmu, tidak pernah ada aku pada setiap inginmu.


Perpisahan malam itu adalah hadiah terbaik yang bisa aku berikan. Barangkali jadi satu-satunya harapanmu yang dapat aku kabulkan. Walaupun memikirkan betapa sepinya hari esok tanpamu membuat pagi rasanya terlambat tiba. Tidak apa-apa, setidaknya tidak perlu lagi aku merasa bersalah setiap harinya, karena selalu memintamu berupaya.


Kamu masih boleh menyapaku, jika lampu merah mempertemukan kita di jalur penyeberangan yang padat, karena tidak pernah ada amarah tersimpan ketika lenganku dengan pasrah melepas pergimu. Semoga aku masih boleh menyapamu, jika sabtu malam membawa kereta kita berhenti di stasiun yang sama, karena tidak ada sesal terpendam, tentang ruang yang pernah kau buka untuk aku. 

Comments

Popular posts from this blog

Bertahan

Maaf

Selamanya