Seingatku, pernah

     Pernah ada setengah malam terjaga membicarakan bintang-bintang. Pernah ada pertengkaran sehebat badai yang reda hanya karena lelah, lalu kamu tersenyum lagi keesokannya. Pernah ada hari perutku keram karena kamu terlalu banyak bercanda dan aku tertawa karena tidak satupun leluconmu cukup jenaka.

    Pernah.


    Seingatku pernah.


    Kemudian aku selalu membicarakannya, memastikan bayang-bayang itu pernah terjadi, tidak sekedar pernah dikhayalkan, dan kamu memang pernah ada, pernah singgah, pernah bercerita, tidak sekedar mimpi yang diusir pagi. Kemudian pula aku selalu terjebak, pada apa-apa yang aku yakini pernah ada, dan aku masih sanggup menceritakannya secara terperinci supaya siapapun dapat membayangkan seperti apa rupa-mu ketika lapar.


    Tapi barangkali kamu sudah tidak mengingatnya sama sekali. Setiap kali namaku sampai di telingamu, kamu hanya merasa pernah mendengar, tetapi sudah lupa seperti apa rasanya melafalkannya, memanggil, menggantinya dengan panggilan sayang, membangunkannya supaya tidak telat.

      

    Aku bahkan akan selalu mengingat malam ketika kamu kembali hanya untuk menangis, menyampaikan perasaan sedih yang tidak bisa kamu singkirkan seperti aku. Membuatku terdiam, tapi tidak bisa melakukan apa-apa, karena kamu tidak merajuk untuk kembali, kamu tidak kesal dan menyesal, dan bagiku itu hanyalah proses melupakan, supaya kenangan tentang aku meluap keluar dan kepalamu tidak lagi penuh karenanya.


    Lalu keesokannya kamu lupa, pernah kita jalan-jalan keliling Jakarta dengan kereta, pernah kita pulang malam karena pertunjukan pantomim gratis, pernah kita ke kota seberang dengan kapal, pernah kita jalan-jalan di negeri orang dan hampir ketinggalan pesawat. Seluruh pernah yang tidak akan pernah aku lupa. Seluruh pernah yang kelak jika kamu teringat dan tidak sengaja mengenang akan membuatmu tersenyum, terharu, betapa jalan jauh yang kita tempuh ternyata tidak membawa kita sampai ke pelabuhan. Sementara itu, aku tetap mengapung dibawa jalan-jalan oleh ombak, dan kamu entah kemana, dibawa jalan-jalan oleh entah siapa. Tapi selalu, doaku menemani perjalananmu. 



Comments

Popular posts from this blog

Bertahan

Maaf

Selamanya